Sumber daya manusia adalah salah satu
modal utama dan juga merupakan aset terpenting di setiap perusahaan. Hal ini
disebabkan karena manusia memiliki sifat
yang dinamik. Artinya disini adalah sumber daya manusia menjadi sebuah faktor
pengerak bagi modal-modal lain yang dimiliki oleh perusahaan. Modal lain yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut adalah modal finansial dan modal fisik.
Dengan kualitas sumber daya manusia yang baik dan positif akan menjadikan
sumber daya perusahaan lainnya dapat terkelola dengan baik pula. Sehingga
perusahaan akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk dapat memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas tentunya tidaklah mudah. Hal ini disebabkan karena
dibutuhkan suatu investasi yang cukup besar dengan proses yang cukup panjang.
Sehingga dibutuhkan suatu metoda yang efektif dalam pengelolaannya. Dengan
metode pengelolaan yang efektif akan menjadikan investasi yang dilakukan dapat tepat
guna dan berhasil guna. Dan proses yang dilakukan untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas dapat diraih dengan baik.
Pada dasarnya kualitas sumber daya
manusia dapat diukur dari tiga hal utama, yakni skill (keahlian), knowledge
(pengetahuan), dan attitude (sikap). Idealnya agar suatu perusahaan dapat
berkembang dengan cepat, maka sumber daya manusia yang dimiliki harus memiliki
keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya. Selain itu sumber daya manusia
perusahaan tersebut juga harus memiliki pengetahuan tentang perusahaan dan
bidang kerjanya. Dan yang tidak kala pentingnya adalah memiliki sikap/prilaku
yang baik.
Akan tetapi dalam kenyataan, kondisi
ideal itu sulit untuk didapatkan. Dan diantara ketiga hal diatas, yang sulit
untuk dikontrol adalah sikap/prilaku dari sumberdaya manusia yang dimiliki oleh
perusahaan. Karena sikap/prilaku berhubungan erat dengan kepribadian seorang
manusia.
Selama ini banyak anggapan yang
menyatakan bahwa prilaku dalam diri manusia itu sulit untuk berubah. Hal ini
disebabkan karena prilaku dalam diri manusia telah dianggap sebagai bawaan dari
manusia itu sejak lahir. Atau dengan kata lain prilaku dalam diri manusia
dianggap sudah menjadi ketentuan Tuhan. Sedangkan pada kenyataannya, sifat atau
prilaku dalam diri seorang manusia itu dapat berubah sesuai dengan yang
diinginkan. Karena pada dasarnya sifat itu
bukanlah bawaan, akan tetapi merupakan bentukan dari pengalaman hidup
dan segala sesuatu yang telah ditanamkan oleh para pendidik.
Menurut Peter Lauster (seorang ahli
psikologi) mengatakan bahwa seseorang tidak perlu ragu akan prilakunya yang
“jelek”. Karena setiap perilaku yang ada akan dapat berubah sedikit demi
sedikit seiring dengan pengaruh dan proses perjalanan waktu yang dijalani. Dan
apabila manusia tersebut ingin mencapai kehidupan yang lebih berarti maka
dengan kesadaran penuh dia harus merubah prilakunya yang “jelek” itu menjadi prilaku yang “lebih baik”.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan
prilaku manusia yaitu :
1.
Kebiasaan yang dilakukan oleh manusia
tersebut
2.
Lingkungan dimana manusia tersebut
hidup
3.
Pendidikan yang ditempuh
4.
Keyakinan yang dijadikan dasar sebagai
tolak ukur kebenaran dan kesalahan
5.
Tujuan hidup yang telah ditetapkan
dalam hati
6.
Falsafah hidup yang telah terbentuk
dari proses perjalanan kehidupan
Dari faktor pertama dan kedua dapat
dilihat bahwa kebiasaan dan lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi prilaku manusia. Sehingga kalau kita bicara mengenai prilaku sumber
daya manusia diperusahaan tentunya tercermin dalam kebiasaan dan lingkungan
yang tercipta diperusahaan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari etos kerja yang
terbangun dalam setiap perusahaan. Dengan demikian, apabila sebuah perusahaan
menginginkan sumber daya manusia nya dapat berprilaku yang “baik” bagi
perusahaan maka kebiasaan dan lingkungan yang diciptakan dalam perusahaan harus
juga “baik”.
Kebiasaan dalam perusahaan yang
dimaksud adalah pola, prilaku, atau pelaksanaan dalam setiap pekerjaan. Dan
lingkungan dalam perusahaan yang dimaksud adalah kebijakan dan keputusan dalam
organisasi, budaya organisasi, situasi dan kondisi organisasi dan termasuk juga
seluruh personal yang ada didalamnya.
Sebagai contoh , agar sebuah perusahaan
dapat menjadi perusahaan yang profesional dan terpercaya, maka kebiasaan yang
diciptakan dalam perusahaan tersebut adalah harus dapat berprilaku profesional.
Sehingga profesionalisme yang biasa dijalankan akan menimbulkan kepercayaan
terhadap perusahaan tersebut dengan sendirinya.
Artinya mulai dari karyawan yang
terbawah sampai dengan atasan yang tertinggi harus dapat selalu menyelesaikan
pekerjaannya sesuai dengan tugas dan kewajiban masing-masing. Berprilaku
disiplin dalam pengerjaan dan penyelesaian, serta selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai kejujuran. Sehingga lingkungan yang dibangun adalah kejelasan mengenai
diskripsi kerja, sistem, mekanisme,aturan dan kebijakan perusahaan.
Untuk itu perusahaan harus memiliki
Standard Operasional Procedure (SOP), tersedianya sarana dan prasarana
penunjang pekerjaan, dan telah memiliki aturan yang jelas mengenai jenjang prestasi
dari sumber daya manusia yang dimiliki.
Jadi apabila perusahaan menginginkan sumber
daya mausia yang ada didalamnya memiliki prilaku yang dapat menguntungkan
perusahaan itu bukanlah hal yang sulit. Semua itu bergantung dari bagaimana
perusahaan tersebut dapat membangun kebiasaan yang “baik” dan didukung dengan
terciptanya lingkungan yang “baik” pula. Karena untuk menjadikan sesuatu yang
sesuai dengan keinginan selalu membutuhkan sebuah proses. Harus memiliki metode
yang tepat, serta komitmen yang kuat untuk menjalankannya.
Pada faktor ketiga, maksud dari
pendidikan yang ditempuh adalah pengetahuan yang didapatkan oleh tiap-tiap
sumber daya manusia selama melakukan proses pembelajaran, baik secara formal
maupun non formal. Karena semakin tinggi pendidikan yang ditempuh oleh seorang
manusia, maka manusia tersebut akan semakin beradap, bijaksana dan akan
memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. Sehingga setiap prilaku yang dijalankan
akan semakin terkontrol, terencana dan
terevaluasi dengan baik.
Pada Faktor keempat, maksud dari
keyakinan adalah setiap hal yang telah mendarah daging dalam jiwa manusia.
Dimana hal tersebut akan selalu menjadi prinsip dan pegangan dalam menjalani
kehidupannya. Sehingga prilaku yang ada dalam diri manusia juga terpengaruh
oleh keyakinan yang diyakini sebagai sebuah kebenaran awal dalam hidupnya. Dan
keyakinan dalam diri manusia akan berubah seiring dengan bertambahnya pemahaman
manusia itu terhadap setiap permasalahan yang dialaminya.
Pada faktor kelima, yang dimaksud
dengan tujuan hidup adalah suatu hal yang sangat ingin didapatkan atau dicapai
oleh manusia. Sehingga dengan keinginan yang sangat kuat tersebut manusia akan
berusaha mengikuti dan menjalani setiap persyaratan yang harus ditempuh agar
dapat mencapai yang diinginkan. Sering kali tujuan dalam hidup juga dipengaruhi
oleh prinsip dan keyakinan yang ada dalam setiap diri manusia.
Pada faktor keenam, yang dimaksud
falsafah hidup disini adalah pemaknaan dan penyikapan terhadap setiap permasalah
yang dihadapi dalam menjalani proses kehidupan dimuka bumi ini. Dengan
pemaknaan yang mendalam akan menciptakan pandangan hidup yang menjadi pegangan dan keyakinan
yang tercermin dalam prilaku yang dinampakkan.
Dalam buku 24 jam merubah prilaku ini
akan diperkenalkan bagaimana merubah prilaku sumber daya manusia yang ada
diperusahaan. Dengan menekankan pada proses dan sub proses yang harus dijalani
dan dengan menggunakan beberapa metode pelatihan sederhana. Selain itu juga
akan dijelaskan bagaimana membangun komitmen sumber daya manusia dalam
perusahaan setelah pelatihan. Serta bagaimana menjalankan komitmen yang telah
dibangun untuk mencapai keberhasilan.
Metode yang dipergunakan dalam buku ini
adalah “pola permainan dengan pemahaman
pada hukum seleksi alam dan hukum sebab akibat”. Sehingga kesempatan kedua
yang didapat hanya menjadi sebuah keberuntungan. Keberhasilan hanya dijadikan
sebagai dorongan untuk tetap berpikir waspada dan berhati-hati dalam
pengambilan keputusan selanjutnya. Kegagalan akan menjadi suatu cambuk dan
referensi dalam perjalanan berikutnya.
Penekanan dalam pelatihan yang
diterapkan dalam buku ini adalah “penerimaan
terhadap kosekuensi logis dari setiap keputusan yang diambil”. Sehingga
yang dibangun nantinya adalah perhitungan pada setiap pengambilan keputusan
individu dan kelompok. Yang pada akhirnya setiap keputusan yang diambil akan
berdampak pada diri dan kelompoknya.
Harapannya adalah dengan kondisi yang
tercipta dari permainan yang ada dalam buku ini dapat membawa pembaca untuk
menemukan arti keberadaan diri dan manfaat diri yang dipengaruhi oleh prilaku
yang ada dalam pribadinya selama ini.
Sehingga pembaca buku ini dapat terbangun kesadaran dalam dirinya,
dan apabila menerapkan akan dapat
mengetahui bagaimana prilakunya dan dampak yang ditimbulkan. Apakah berdampak
positif/menguntungkan bagi diri dan lingkungannya, sehingga perlu dipertahankan?
Ataukah berdampak negatif/ merugikan bagi diri dan lingkungannya, sehingga
perlu dilakukan perubahan ?.